MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................
- Perkembangan Politik.................................................................................
- Gerakan Pembebasan.................................................................................
- Masa Keamiran..........................................................................................
- Masa Kekhalifahan ……………………………………………………….
- Periode Muluk Ath-Thaif...........................................................................
1. Reconquista.........................................................................................
2. Dinasti Murabbitun………………………………………………….
3. Dinasti Muwahhidun……………………………………………….
4. Kelahiran Bani Ahamar..........................................................................
- Perkembangan Peradaban..........................................................................
1. Pembangunan Mesjid dan perkotaan..............................................
2. Pembangunan Istana, pertamanan, dan Pemandian Umum.............
3. Pembangunan Pertania, Irigasi, Industri, Perkapalan, dan Perluasan
Perdagangan ..................................................................................
- Perkembangan Intelektual..........................................................................
1. Bidang Sains dan Tekhnologi............................................................
2. Bidang Astronomi..........................................................................
3. Bidang Ilmu Matematika................................................................
4. Bidang Filsafat...............................................................................
5. Bidang Ilmu Kedoktoran................................................................
6. Bidang Bahasa dan Sastra..............................................................
7. Bidang Sejarah dan Hukum Islam.....................................................
G. Keruntuhan Kekuasaan Islam di Andalusia...............................................
BAB III. PENUTUP ...............................................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................................
B. Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan
nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah
dengan judul “Islam Di Andalusia”. Tidak lupa shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar
dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih
kepada dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini serta pada
anggota kelompok II SPI yang kompak dalam menyusun makalah ini.
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Sejarah
Kebudayaan Islam dan dipresentasikan dalam pembelajaran di kelas. Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai masa Islam Di Andalusia, masa
perkembangan politik, masa keamiran, masa kekhalifahan, perkembangan
peradaban islam dari segi berbeda serta masa runtuhnya islam pada masa
itu.
Makalah
ini dianjurkan untuk dibaca oleh mahasiswa sebagai dasar dan pijakan di
masa mendatang, seperti ungkapan Bung Karno “Jadikanlah masa lalu
sebagai jas merah”. Makalah ini juga dapat dijadikan sebagai literatur
perbandingan mengenai peristiwa maupun aspek yang melingkupi tema Masa
Islam Di Andalusia itu sendiri, hal ini dikarenakan dalam pembuatan
makalah ini berdasar pada berbagai referensi buku-buku dan tekhnologi
lainnya mengenai sejarah perkembangan pada masa Islam Di Andalusia.
Tak
ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini yang penuh
dengan keterbatasan kekurangan. Dengan segala kerendahan hati, saran dan
kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca dan
pendengar guna peningkatan dan perbaikan pada pembuatan makalah
mendatang.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Sering
kita mendengar bahwa peristiwa masa lalu bisa dijadikan sebagai jas
merah, sebenarnya maksud dari kata jas merah itu sendiri adalah “jangan
sampai melupakan sejarah”. Apalagi kita sebagai orang Islam dan menuntut
ilmu di Universitas Islam tentunya harus paham akan sejarah kebudayaan
islam di masa lalu. Hal ini perlu agar kita mampu menganalisa dan
mengambil ibarah dari setiap peristiwa yang pernah terjadi.
Dalam
makalah kali ini akan dibahas mengenai Islam di Andalusia. Andalusia
yang kita kenal sekarang semula disebut Vandal yang kemudian oleh bangsa
Arab disebut Andalusia. Dan untuk lebih detailnya tentang perkembangan
Islam di Andalusia ini akan diuraikan dalam bab Pembahasan.
Dengan
segala keterbatasan tim penulis, maka dalam makalah ini tidak akan
dijabarkan satu persatu secara rinci, tapi akan dibahas inti dari
pembahasan Islam Di Andalusia pada waktu itu, yaitu mengenai sub pokok
bahasan seperti yang telah tertuang dalam kata pengantar, meliputi:
1. Bagaimana Perkembangan Politik yang terjadi pada masa Islam Di Andalusia.
2. Gerakan Pembebasan, yaitu yang menjelaskan bagaimana Islam menaklukkan
musuh-musuh nya untuk menyebarkan Islam Di Andalusia.
3. Masa keamiran, yaitu yang menjelaskan bagaimana kepimpinan Islam Di
Andalusia.
4.
Masa Kekhalifahan, yaitu yang menjelaskan periode-periode kekhalifahan
yang berkuasa dari Islam Di Andalusia itu lahir sampai runtuh.
5.
Perkembangan Peradaban, yaitu yang menjelaskan dari segi pembangunan
mesjid, dan pemandian umum, pembangunan di bidang pertanian (tebu,
tembakau, dll), irigasi, industry, perkapalan, dan perluasan perdagangan
6.
Perkembangan Intelektual, yaitu yang menjelaskan tentang sains,
tekhnologi, astronomi, matematika, filsafat, kedokteran, sastra,
sejarah, dan hokum
7. Keruntuhan Kekuasaan Islam Di Andalusia, yaitu yang menjelaskan tentang sebab-sebab runtuhnya Islam Di Andalusia.
Demikianlah
sedikit gambaran mengenai isi makalah ini yang tim penulis buat dengan
metode literatur kaji pustaka terhadap buku-buku dan tekhnologi lainnya
yang berhubungan dengan tema makalah yang kami buat dan berdasar pada
diskusi yang kami lakukan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Politik
Pada awalnya, Al-Andalus dikuasai oleh seorang wali Yusuf Al-Fihri (gubernur)
yang ditunjuk oleh Khalifah di Damaskus, dengan masa jabatan biasanya 3
tahun. Namun pada tahun 740an M, terjadi perang saudara yang
menyebabkan melemahnya kekuasaan Khalifah. Dan pada tahun 746 M, Yusuf Al-Fihri memenangkan perang saudara tersebut, menjadi seorang penguasa yang tidak terikat kepada pemerintahan di Damaskus.
Pada tahun 750 M, bani Abbasiyah menjatuhkan pemerintahan Umayyah di Damaskus, dan merebut kekuasaan atas daerah-daerah Arabia. Namun pada tahun 756 M, Abdurrahman I (Ad-Dakhil) melengserkan Yusuf Al-Fihri, dan menjadi penguasa Kordoba dengan gelar Amir Kordoba.
Abdurrahman menolak untuk tunduk kepada kekhalifahan Abbasiyah yang
baru terbentuk, karena pasukan Abbasiyah telah membunuh sebagian besar
keluarganya.
Ia
memerintah selama 30 tahun, namun memiliki kekuasaan yang lemah di
Al-Andalus dan ia berusaha menekan perlawanan dari pendukung Al-Fihri
maupun khalifah Abbasiyah.
Selama
satu setengah abad berikutnya, keturunannya menggantikannya sebagai
Amir Kordoba, yang memiliki kekuasaan tertulis atas seluruh Al-Andalus
bahkan kadang-kadang meliputi Afrika Utara
bagian barat. Pada kenyataannya, kekuasaan Amir Kordoba, terutama di
daerah yang berbatasan dengan kaum Kristen, sering mengalami naik-turun
politik, itu tergantung kecakapan dari sang Amir yang sedang berkuasa.
Amir Abdullah bin Muhammad bahkan hanya memiliki kekuasaan atas Kordoba saja.
Cucu Abdullah, Abdurrahman III, menggantikannya pada tahun 912
M, dan dengan cepat mengembalikan kekuasaan Umayyah atas Al-Andalus dan
bahkan Afrika Utara bagian barat. Pada tahun 929 M ia mengangkat
dirinya sebagai Khalifah, sehingga keamiran ini sekarang memiliki kedudukan setara dengan kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad dan kekhalifahan Syi'ah di Tunis.
B. Gerakan Pembebasan
Sebelum kedatangan umat Islam, daerah Iberia merupakan kerajaan Hispania yang dikuasai oleh orang Kristen Visigoth. Pada tahun 711 M, pasukan Umayyah yang sebagian besar merupakan bangsa Moor dari Afrika Barat Laut, menyerbu Hispania dipimpin jenderal Tariq bin Ziyad, dan dibawah perintah dari Kekhalifahan Umayyah di Damaskus.
Pasukan ini mendarat di Gibraltar pada 30 April, dan terus menuju utara. Setelah mengalahkan Raja Roderic dari Visigoth dalam Pertempuran Guadalete ( 711 M ), kekuasaan Islam terus berkembang hingga pada tahun 719 M. Hanya daerah Galicia, Basque dan Asturias yang tidak tunduk kepada kekuasaan Islam. Setelah itu, pasukan Islam menyeberangi Pirenia untuk menaklukkan Perancis, namun berhasil dihentikan oleh kaum Frank dalam pertempuran Tours (732 M). Daerah yang dikuasai Muslim Umayyah ini disebut provinsi Al-Andalus, terdiri dari Spanyol, Portugal dan Perancis bagian selatan yang disebut sekarang
C. Masa Keamiran
Andalusia - Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid Rahimahullah (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dimana Ummat Islam sebelumnya telah mengusasi Afrika Utara. Dalam proses penaklukan Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair Rahimahullahum ajma’in.
Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa
itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah
tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.
Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah.
Thariq ibn Ziyad Rahimahullah lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair Rahimahullah dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid Rahimahullah. Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).
Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq Rahimahullah dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothik saat itu). Sebelum Thariq Rahimahullah berhasil menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair Rahimahullah di Afrika Utara.
Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personel, sehingga
jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum
sebanding dengan pasukan Gothik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad Rahimahullah membuat jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair Rahimahullah
merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud
membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia
berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya
dapat ditaklukkannya. Setelah Musa Rahimahullah berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz Rahimahullah tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah Rahimahullah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman ibn Abdullah al-Ghafiqi Rahimahullah. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordreu, Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, diantara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.
Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayah. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic
bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa,
yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal.
Rakyat
dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh
kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam
situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas,
dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam. Berkenaan dengan itu Amer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi penguasa Visighotic.
Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada
penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol masih berada di bawah pemerintahan Romawi (Byzantine),
berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga
pertambangan, industri dan perdagangan karena didukung oleh sarana
transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth,
perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran
tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan
antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan
tidak mendapat perawatan.
Buruknya
kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan
oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa
pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran kerajaan Ghoth adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin.
Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa Rahimahumullah.
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang Selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
Adapun
yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat
dalam tubuh penguasa, tokon-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol
pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya
kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan
tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya
adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.
D. Masa Kekhalifahan
1. Periode Muluk Thaif
Kekhalifahan
Cordoba runtuh dengan terjadinya perang saudara antara 1009 hingga
1013, meskipun belum sepenuhnya berakhir hingga 1031. Negeri Andalusia
kemudian terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negera kecil di bawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif, yang berpusat
di suatu kota seperti Kerajaan Malaga, Zaragoza, Valencia, Badajoz,
Sevilla, dan Toledo.
Para
raja-raja kecil itu digelar Mulukuth Thawaif (Raja Lokal) kemudian
berseteru dan berperang satu sama lain tanpa sebab yang jelas. Hanyalah
karena ingin saling menguasai. Kisah-kisah pengkhianatan, kisah-kisah
perebutan puteri cantik dan perebutan harta mewarnai semua perseteruan
itu. Mereka tak sadar umat Kristen telah mempersiapkan kekuatan untuk
merebut kembali Spanyol. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada
diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada
raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan
politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada
periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan
politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada
periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk
mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.
2. Periode Reqonquista
Reconquista (bahasa Spanyol dan Portugus untuk "penaklukan kembali"), adalah istilah yang digunakan untuk proses yang dimana kerajaan Kristen menaklukkan kembali Semenanjung Iberia (sekarang Spanyol dan Portugal) dari umat Islam dan negara-negara Moor Al-Andalus (Bahasa Arab الأندلس — al-andalus). Istilah "penaklukan kembali" digunakan dalam artian daerah-daerah ini dilihat sebagai milik umat Kristen,
walaupun kenyataannya pada saat itu orang-orang yang ditaklukkan
kebanyakan adalah Muslim dan orang-orang Arab. Di sisi lain sebelum
Iberia ditaklukkan kerajaan-kerajaan Islam, semenanjung ini sudah
didiami oleh orang-orang yang berbahasa Roman dan mendapat pengaruh
Kristen.
Proses reconquista ini berjalan lebih dari 7 abad, dimulai dari Pertempuran Covadonga (722), dimana kerajaan Asturias berhasil menghentikan penaklukan Bani Umayyah, yang saat itu menguasai hampir seluruh Iberia. Pada 1236 kota terakhir Muslim di Spanyol, Granada ditundukkan oleh Ferdinand III dari Kastilia, dan sejak itu Granada berdamai dengan syarat menjadi negara bawahan Kastilia. Pada 2 Januari 1492, Ferdinand II dan Isabella, pasangan yang digelari Los Reyes Católicos, kembali menyerang Granada, dan hasilnya Sultan Granada Muhammad XII (Boabdil) menyerah secara penuh. Kemenangan ini menghasilkan negara Kristen bersatu di seluruh Spanyol, kecuali Navarra yang masih terpisah hingga 1512. Reconquista di Portugal mencapai puncaknya pada 1249, saat raja Afonso III berhasil menundukkan Algarve (Arab الغرب — Al-gharb).
3. Dinasti Murabithun
Pada
periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa
negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan
dinasti Murabithun (086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M).
Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang
didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia
berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk
ke Spanyol atas “undangan” penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah
memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari
serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki
Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia.
Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih
jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu.
Akan
tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang
lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika
Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada
masa dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya
tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya
muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun.
4. Dinasti Muwahidun
Pada
tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara
merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w.
1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun’im.
Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova,
Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa
dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan
Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu,
Muwahhidun mengalami keambrukan.
Pada
tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas
de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan
penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika
Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah
penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu
bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar.
Keruntuhan
Cordova tidak saja diratapi oleh Umat Islam, tetapi juga seorang
penulis Kriten Stanley Lane Poole dalam bukunya “The Mohammadan
Dynasties” mengakui betapa mundurnya peradaban Andalusia setelah
runtuhnya kerajaan Islam Cordova. Pengakuan dunia Kristen terhadap
peradaban Islam Cordova dapat dibuktikan dengan permintaan Inggris agar
pemuda pemuda Inggris dapat menuntut ilmu di Universitas Cordova.
5. Kelahiran Banu Ahamar (Granada)
Wilayah
Granada termasuk daerah sebuah bukit atau pegunungan yang indah dengan
ketinggian kurang lebih 150 m, dengan luas kira-kira 14 ha, satu daerah
yang sukar dimasuki oleh musuh namun mudah dipertahankan, sekarang Bukit
La Sabica.
Raja-raja
Bani Ahmar sangat memperhatikan akan kemakmuran rakyat sehingga pada
saat itu bidang pertanian, dan roda perniagaan sangat maju. Selama 260
tahun kerajaan raja-raja Bani Ahmar berkuasa, namun timbul di antara
mereka perselisihan juga sengketa. Inilah yang menyebabkan lemahnya
kerajaan Bani Ahmar. Bagaimanapun gigihnya usaha Sultan Muhammad XII Abu
Abdillah an Nashriyyah raja terakhir Bani Ahmar untuk menyelamatkan
kerajaannya, akhirnya runtuh juga oleh dua buah kerajaan Kristen yang
bersatu dari utara.
Pada
pertengahan 1491 M, Raja Ferdinand V telah mengepung Granada selama
tujuh bulan, Ferdinand V berkemah di Gumada di sebelah selatan kota.
Sebelumnya Ferdinand V telah menguasai kota-kota lain seperti
MalagaAlmeria. Yang terakhir adalah Granada yang diserahkan oleh raja
terkahir Bani Ahmar Abu Abdillah. Penyerahan Granada ini diserahkan di
halaman Istana Alhambra. pelabuhan terkuat di Andalusia, kemudian Guadix
dan Almunicar, dan Baranicar.
Demikianlah
Granada takluk dan menyerah yang diduduki oleh pengikut-pengikut Raja
Ferdinand V dan Ratu Isabella pada tanggal 2 Januari 1492 M/2 Rabiul
Awwal 898 H. Karena kegigihan dan perjuangan Raja Ferdinand V dan Ratu
Isabella, Paus Alexander VI (L. 1431-W. 1503) yang terkenal dengan
perjanjian Tordesillasnya pada tahun 1494 ia memberi gelar raja dan ratu
ini sebagai "Catholic Monarch" atau "Los Reyes Catolicos" atau Raja
Katolik.
Dengan
kemenangan umat Kristen inilah orang-orang Islam dipaksa keluar dari
tanah Spanyol, untuk yang mau menetap harus berpindah agama. Selain dari
itu, orang-orang Yahudi pun ikut terusir dari tanah ini. Padahal, saat
kekuasaan Islam sedang berjaya mereka mendapat tempat, kehormatan, dan
pekerjaan yang layak oleh orang-orang Muslim Spanyol.
Yang
sangat menyedihkan perpustakan-perpustakaan Islam ikut dibakar dan
dihancurkan. Karya tulis yang sampai kepada kita hanyalah bagian
terkecil dari karya-karya pemikir Islam di zamannya hingga sekarang
sulit dicari tandingannya, yang sebagian besarnya dihancurkan dan
dibakar. Alhambra yang megah pun dengan benteng yang berwarna
kemerah-merahan kian tak terawat, kusam, dan tak terlihat wajah aslinya,
dan dijadikan Istana Kristen. Kemudian, Masjid Kordoba yang megah
didirikan oleh Sultan Abu Yusuf Al-Muwahhid pada tahun 785 M yang
diperbesar pada tahun 848, 961, 1187 M., dialih-fungsikan menjadi Gereja
Santa Maria de la Sede.
E. Perkembangan Peradaban
1. Pembangunan Mesjid dan Perkotaan
Dalam
masa pemerintahannya, Abdurrahman II berhasil membangun kota dan daerah
Lusitania, Murcia, Valencia, Castile dan kota-kota lainnya. Kota –kota
tersebut dipeindah dengan bangunan-bangunan umum, seperti masjid-masjid
besar, perpustakaan dan lain-lain, termasuk pembangunan pabrik senjata
di Cartagena dan Cadiz.
2. Pembangunan Istana, Pertamanan, dan Pemandian Umum.
Dalam
masa bergulirnya peradaban Islam di Andalusia Berdirilah beberapa
istana-istana megah diantara Istana-istana yang pernah didirikan adalah,
Istana Al-Hambra. Istana ini dilengkapi dengan taman mirta semacam
pohon myrtuscommunis dan juga bunga-bunga yang indah harum semerbak,
serta suasana yang nyaman. Kemudian, ada juga Hausyus Sibb (Taman
Singa), taman yang dikelilingi oleh 128 tiang yang terbuat dari marmer.
Di taman ini pula terdapat kolam air mancur yang dihiasi dengan dua
belas patung singa yang berbaris melingkar, yakni dari mulut patung
singa-singa tersebut keluar air yang memancar.
Selain
itu, istana merah ini dikelilingi oleh benteng dengan plesteran yang
kemerah-merahan. Yang lebih unik lagi pada bagian luar dan dalam istana
ini ditopang oleh pilar-pilar panjang sebagai penyangga juga penghias
istana Alhambra. Kemudian, dinding istana itu baik di luar atau pun
dalam istana banyak dihiasi dengan kaligrafi-kaligrafi Arab dengan
ukiran yang khas yang sulit dicari tandingannya.
Ciri khusus kota adalah adanya tempat pemandian. Di Cordova terdapat 900 pemandian.
3. Pembangunan Pertanian, Irigasi, Industri, Perkapalan, dan Perluasan Perdagangan.
Dalam
pertumbuhan Islam di Andalusia, bangsa Arab diperkenalkan dengan
persoalan yang menyangkut pertanian, karena wilayah Spanyol sangat subur
bagi pertumbuhan lapangan pertanian. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh
pemerintahan agar orang-orang di Spanyol bergerak dalam lapangan
pertanian.
Spanyol sudah mengenal irigasi dan saluransaluran
air. Dengan pembangunan irigasi yang baik mereka dapat membangun kebun kebun, tebu, kapas, padi, jeruk, anggur. Kemajuan dalam bidang ini membawa
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakattang bangunan dikembangkan oleh khalifah-khalifah di Spanyol.
air. Dengan pembangunan irigasi yang baik mereka dapat membangun kebun kebun, tebu, kapas, padi, jeruk, anggur. Kemajuan dalam bidang ini membawa
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakattang bangunan dikembangkan oleh khalifah-khalifah di Spanyol.
Pemerintahan
Islam di Andalusia juga mengembangkan dan membangun beberapa lembaga
berikut sarana dan prasarananya, misalnya membangun tropong bintang di
Cordova, membangun pasar dan jembatan, melakukan upaya pengendalian
banjir dan penyimpanan air hujan, membangun sistem irigasi hidrolik
dengan menggunakan roda air (water wheel), memperkenalkan tanaman padi
dan jeruk, dan mendirikan pabrik-pabrik tekstil, kulit, logam, dan
lainnya.
Selain itu, ia juga memperluas bangunan irigasi untuk pertanian dan pembangunan saluran air ke berbagai kota di Andalusia.
F. Perkembangan Intelektual
a. Bidang Sains dan Teknologi
Membicarakan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Spanyol, tak bisa lepas
dari kerja besar pembangunan peradaban yang dilakukan para pembawa
risalah Islam ke kawasan Eropa itu. Tak bisa juga dipisahkan dari kajian
etika serta syari’at Islam yang didakwahkan para da’i. Itulah yang
mendorong semangat para ilmuwan Muslim Spanyol: Pengetahuan itu satu
karena dunia juga satu, dunia satu karena Allah juga satu. Prinsip
“tauhid” semacam ini yang menjadi koridor berpikir para ilmuwan muslim
dalam mengembangkan sains dan teknologi.
Tak
mengherankan jika temuan-temuan para ilmuwan muslim pada zaman ini
sangat revolusioner. Jauh sebelum Wilbur Wright dan Oliver Wright
menemukan pesawat terbang pada abad 20, usaha menemukan alat
transportasi penerbangan sudah dilakukan oleh Abu Abbas Al-Fernass.
Bahkan ia sudah mencoba terbang, meski kendaraan yang ditemukannya tak
sempurna. Sayangnya, sejarah peradaban dunia Islam yang berbasis di
Andalusi, Spanyol itu, tak terekam oleh Barat. Sementara catatan-catatan
sejarah Islam, ditutup rapat untuk tak dijadikan referensi.
b. Bidang Astronomi
Pengkajian
ilmu astronomi berkembang dengan pesatnya pada masa ini. Para ahli ilmu
perbintangan muslim saat itu berkeyakinan bahwa radiasi bintang-bintang
besar pengaruhnya terhadap kehidupan dan kerusakan di muka bumi.
Al-majiriyah dari Cordova, al-Zarqali dari Toledo dan Ibn Aflah dari
Seville, merupakan para pakar ilmu perbintangan yang sangat terkenal
saat itu.
Beberapa tokoh terkemuka dibidang astronomi, antara lain:
a.
Nasiruddin at-Tusi, pendiri observatorium di Maragah, Asia Kecil.
Dengan observatoriumnya, ia berhasil merekam perjalanan bintang dalam
tabel astronomi Ilkhaniah. Sebuah bola berputar yang tersusun
atas berbagai cincin membantu dalam penyelidikannya. Observatorium
Maragah dilengkapi alat yang paling baik pada saat itu, antara lain alat
pengamatan gerhana dan kedudukan bintang di cakrawala.
b.
Tsabit Ibn Qurra, ahli perbintangan yang memiliki observatorium
penyelidik jarak matahari ke bumi. Ia mempelajari perjalanan matahari
selama satu tahun.
c.
Al-Battani, oleh orang-orang Eropa lebih dikenal dengan nama
Albategnius. Hasil pengamatan dalam observatoriumnya disalin kedalam
bahasa latin, kemudian disusun kembali kedalam bahasa Arab.
d.
Abul Wafa, mengembangkan teori al-Battani dan berhasil menemukan teori
tentang garis jalan bulan yang baru. Di Eropa jalan tersebut dinamakan variation. Untuk bisa menguasai teori yang ada dibuku Abul Wafa, para ilmuan Barat memerlukan waktu yang beratus tahun lamanya.
e. Al-Farghani, di Eropa dikenal dengan nama Al-Faraganus. Dia ialah pelopor astronomi modern.
c. Bidang Ilmu Matematika
Kemajuan
dalam bidang matematika ditandai dengan munculnya sejumlah fisikawan
muslim terkenal. Di antara mereka adalah al-Zahrawi dan al-Zuhry.
Selaian terkenal sebagai fisikawan, mereka juga terkenal sebagai dokter.
Al-Zahrawi hidup pada masa al-Hakam II, sedang al-Zuhry pada masa Abu
Yusuf Ya’kub al-Mansur, Ubaidillah al-Muzaffar al-Bahily, selain sebagai
fisikawan, juga dikenal sebagai pujangga.
d. Bidang Filsafat
Dalam
catatan sejarah, Islam di Andalusia telah memainkan peran yang sangat
penting dalam perkembangan intelektual muslim. Agama ini menjadi
jembatan penghubung antara peradaban dan ilmu pengetahuan Yunani – Arab
ke Eropa pada abad ke-12 M. Minat untuk mengkaji bidang filsafat dan
ilmu pengetahuan sudah dilakukan pada masa pemerintahan Bani Umayah,
yakni sejak abad ke-9 M pada masa pemerintahan Muhamad Ibn Abdurrahman (
832-886 M). Gerakan ilmu pengetahuan mulai tampak gencar dilakukan pada
masa pemerintahan al-Hakam ( 961-976 M), ketika ia memerintahkan kaum
ilmuan dan orang-orang kepercayaannya untuk mencari data dan
naskah-naskah dari Timur dibawa ke Barat untuk dikembangkan lebih
lanjut. Sehingga pepustakaan-perpustakaan dan universitas-universitas di
Cordova penuh dengan karya-karya intelektual muslim.
Kemajuan intelekual muslim Andalusia yang paling gemilang dalam bidang filsafat ditandai dengan munculnya banyak filsosuf kenamaan, mereka antara lain adalah Abu Bakar Muhamad Ibn Yahya Ibn Bajjah, lahir di Saragosa, lalu pinndah ke Seville dan Granada. eville . Ia merupakan seorang filosuf terbesar yang pernah hidup pada abad ke-12 M. Selain sebagai filosuf, dikenal pula sebagai seorang saintis, fisikawan, musisi, astronom, dan komentator Aristoteles. Karyanya terbesar antara lain adalah Tadbir al-Mutawahhid.
Selain Ibn Bajjah, filosuf terkenal kedua adalah Abu Bakar Ibn Thufail, lahir di Granada. Ia banyak menulis ilmu kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang cukup terkenal adalah Hay Ibn Yaqdzan ( Si Hidup bin Si Bangkit). Kemudian pada akhir abad ke-12, lahirlah seorang filosuf terkenal bernama Ibn Rusyd, lahir di Cordova pada tahun 1126 M. Ia memiliki keahlian tersendiri dalam mengomentari karya-karya filsafat Aristoteles. Pemikiran yang dikembangkannya sangat raional. Karena be¬gi-tu besarnya pengaruh pemikiran Ibn Ruysd di kalangan kaum intelektual Ba¬rat, maka pemikiran yang dikembangkannya dikenal dengan istilah Avveroisme. Ideologi pemikiran inilah yang membuka cakrawala pemikiran filsafat bangsa Barat. Sehingga bangsa Barat mengalami perkembangan yang sangat maju pada masa-masa sesudahnya.
Kemajuan intelekual muslim Andalusia yang paling gemilang dalam bidang filsafat ditandai dengan munculnya banyak filsosuf kenamaan, mereka antara lain adalah Abu Bakar Muhamad Ibn Yahya Ibn Bajjah, lahir di Saragosa, lalu pinndah ke Seville dan Granada. eville . Ia merupakan seorang filosuf terbesar yang pernah hidup pada abad ke-12 M. Selain sebagai filosuf, dikenal pula sebagai seorang saintis, fisikawan, musisi, astronom, dan komentator Aristoteles. Karyanya terbesar antara lain adalah Tadbir al-Mutawahhid.
Selain Ibn Bajjah, filosuf terkenal kedua adalah Abu Bakar Ibn Thufail, lahir di Granada. Ia banyak menulis ilmu kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang cukup terkenal adalah Hay Ibn Yaqdzan ( Si Hidup bin Si Bangkit). Kemudian pada akhir abad ke-12, lahirlah seorang filosuf terkenal bernama Ibn Rusyd, lahir di Cordova pada tahun 1126 M. Ia memiliki keahlian tersendiri dalam mengomentari karya-karya filsafat Aristoteles. Pemikiran yang dikembangkannya sangat raional. Karena be¬gi-tu besarnya pengaruh pemikiran Ibn Ruysd di kalangan kaum intelektual Ba¬rat, maka pemikiran yang dikembangkannya dikenal dengan istilah Avveroisme. Ideologi pemikiran inilah yang membuka cakrawala pemikiran filsafat bangsa Barat. Sehingga bangsa Barat mengalami perkembangan yang sangat maju pada masa-masa sesudahnya.
e. Bidang Ilmu Kedokteran
Dalam
ilmu kedokteran, ilmuan Islam telah menyumbangkan peran sangat penting
dan menentukan sejarah ilmu kedokteran modern. Beberapa tokoh terkemuka
dan karyanya berikut ini telah menjadi saksi sejarah bagi ilmuan pada
abad sekarang.
a.
Jabir ibn Hayyan, seorang dokter diawal kemajuan Islam. Ia dikenal
sebagai Bapak Imu Kimia. Ia telah menulis puluhan buku penting mengenai
ilmu kimia. Karya-karyanya menjadi rujukan penting bagi para kimiawan
lainnya dan telah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa asing.
b.
Abu Bakar bin Zakaria Ar Razi yang lebih dikenal dengan sebutan Ar
Razi. Dikalangan Eropa lebih akrab dengan sebutan Rhazes Zakaria Ar-Razi
adalah seorang ahli ilmu kedokteran pertama yang menulis masalah
pengobatan secara medis atau ilmiah dan penemu air raksa. Karyanya
adalah Al-Hawi hingga saat ini dijadikan rujukan ilmu kedokteran di
dunia.
c.
Ibnu Sina mempunyai nama lengkap Husein bin Abdillah, ialah seorang
dokter dan filsuf ternama. Di Eropa, Ibnu Sina dikenal dengan sebutan
Avicenna. Di dunia Islam beliau dikenal sebagai ahli filsafat ketuhanan.
Ibnu Sina dilahirkan bukan hanya untuk orang Islam tetapi kaum Yahudi
dan zionis pun mengakuinya. Dalam dunia Islam Ibnu Sina dianggap sebagai
zenith (puncak ilmu kedokteran). Karyanya yang berjudul al-Qunun Fi at-Tibb dan Asy-Syifa menjadi rujukan dunia ilmu kedokteran sampai saat ini. Oleh karena itu, beliau dikenal sebagai Bapak Kedokteran.
f. Bidang Bahasa dan sastra
Bahasa
Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di
Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam.
Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor duakan bahasa asli mereka. Mereka
juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan
berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn
Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili,
Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan
kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-’Iqd
al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah
oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan
banyak lagi yang lain.
g. Bidang Sejarah dan Hukum Islam
Ilmu
sejarah dan sosiologi juga berkembang pesat di Andalusia semasa
pemerintahan Islam. Ahli sejarah dan sosiologi yang menjadi peletak
dasar teori-teori sejarah dan sosiologi banyak bermunculan pada masa
ini. Mereka antara lain; Ibnu Hazm dengan karyanya Jamharah al-Ahsab dan
Rasail fi Fadl Ahlal Andalus, Ibnu Batutah (1304 – 1374) seorang
sejarawan yangpernah berkunjung ke Indonesia dan Asia Tenggara, Ibnu
Jubair dari Valencia (1145 – 1228 M) seorang ahli sejarah dan geografi
yang menulis sejarah negeri-negeri muslim Mediterania dan Cicilia, Ibnu
Khaldun dari Tunis, seorang ahli filsafat sejarah yang terkenal dengan
bukunya Mukaddimah.
Bidang
ilmu-ilmu Islam juga turut berkembang pesat di Andalusia, yang pada
akhirnya melahirkan tokoh-tokoh yang berkompeten di bidang ini, antara
lain Ibnu Rusyd yang terkenal dengan karyanya; Bidayat al-Mujtahid Wa
Nihayah al-Mukhtashid, dan Ibnu Hazm yang terkenal dengan karyanya;
Al-Ahkam fi Ushul al-Ahkam, dan sebagainya.
G. Keruntuhan Kekuasaan Islam Di Andalusia
1. Hancurnya Kekuasaan Islam dan Rendahnya Semangat Para Ahli Dalam Menggali Budaya Islam.
Hancurnya
kekuasaan Islam di Andalusia pada tahun 1492 M berdampak negatif bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Para Ilmuwan dilanda
kelesuan, mereka tidak semangat lagi menggali dan mengkaji ilmu
pengetahuan. Mereka seakan berputus asa ketika melihat serangan yang
bertubi-tubi dilancarkan kepada umat Islam, terutama lagi tindakan
penguasa Kristen itu terhadap peradaban Islam. Mereka menyaksikan banyak
pusat-pusat peradaban di hancurkan, bahkan para ilmuwan sendiri, tidak
sedikit yang tewas di bunuh tentara Kristen di Spanyol. Peristiwa yang
tragis dan sangat mengenaskan itu, amat membekas di lubuk hati para
ilmuwan, sehingga mereka banyak yang lari menyelamatkan diri ke Afrika
Utara.
Peristiwa pahit yang terjadi pada tahun 1492 M itu, membawa dampak
psikologis bagi para ilmuwan muslim. Mereka tidak lagi mempunyai gairah
untuk bangkit kembali dan memajukan peradaban Islam, melalui ide-ide
cemerlang dan usaha kreatif mereka selama ini yang telah memberikan
andil besar bagi kemajuan peradaban Islam. Dampak yang lebih jauh dari
sikap para ilmuwan muslim yang demikian itu, adalah terjadinya
kemandegan peradaban. Peradaban Islam mengalami masa-masa suram dan
penurunan kualitas intelektual umat Islam. Akhirnya harapan dan
keinginan umat Islam yang mendambakan agar bangkit kembali membangun
peradaban Islam, yang pernah jaya di masa lalu tak pernah terwujud.
2. Banyaknya Orang-Orang Eropa Yang Menguasai Ilmu Pengetahuan Dari Islam.
Begitu
besarnya perhatian para penguasa muslim dan para ilmuwannya terhadap
ilmu pengetahuan maka mereka saling bekerja sama untuk memajukan bangsa
dan negara. Banyak penelitian dan pengkajian dilakukan, lembaga-lembaga
riset dibangun, Sekolah Tinggi dan Universitas didirikan. Di lembaga ini
tidak hanya orang Islam yang diberi kesempatan mempelajari ilmu
pengetahuan, tetapi semua orang termasuk orang Kristen. Akibatnya banyak
orang-orang Kristen Barat yang tertarik dan belaaajar di
Universitas-Universitas Islam itu.
Karena tertarik oleh metode ilmiah Islam, banyak para pendeta Kristen yang menyatakan diri untuk belajar di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Contohnya seorang pendeta Roma, Italia bernama Roger Bacon ( 1214 – 1292 M.), ia datang ke Paris untuk belajar bahasa Arab antara tahun 1240 sampai 1268 M. Setelah mahir menguasai bahasa Arab, ia segera membaca dan menterjemahkan berbagai ilmu pengetahuan yang ditulis ilmuwan muslim dalam bahasa Arab. Ilmu yang menarik hatinya adalah ilmu pasti. Buku-buku yang asli berbahasa Arab dan hasil terjemahannya banyak di bawa ke Inggris. Lalu disimpan di Universitas Oxford. Hasil terjemahan Bacon itu, diterbitkan dan menggunakan namanya sendiri. Ia tidak menyebutkan nama-nama asli pengarang buku-buku itu, yang tak lain adalah ilmuwan-ilmuwan muslim. Di antara karangan yang diterjemahkannya dan tidak menyebutkan nama asli pengarangnya itu, adalah kitab Al Manadzir karya Ali Al-Hasan Ibnu Haitsam ( 965 – 1038 M ). Di dalam buku itu terdapat teori tentang mikroskop dan mesiu, kemudian buku itu disebut sebagai karya Roger Bacon.
Karena tertarik oleh metode ilmiah Islam, banyak para pendeta Kristen yang menyatakan diri untuk belajar di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Contohnya seorang pendeta Roma, Italia bernama Roger Bacon ( 1214 – 1292 M.), ia datang ke Paris untuk belajar bahasa Arab antara tahun 1240 sampai 1268 M. Setelah mahir menguasai bahasa Arab, ia segera membaca dan menterjemahkan berbagai ilmu pengetahuan yang ditulis ilmuwan muslim dalam bahasa Arab. Ilmu yang menarik hatinya adalah ilmu pasti. Buku-buku yang asli berbahasa Arab dan hasil terjemahannya banyak di bawa ke Inggris. Lalu disimpan di Universitas Oxford. Hasil terjemahan Bacon itu, diterbitkan dan menggunakan namanya sendiri. Ia tidak menyebutkan nama-nama asli pengarang buku-buku itu, yang tak lain adalah ilmuwan-ilmuwan muslim. Di antara karangan yang diterjemahkannya dan tidak menyebutkan nama asli pengarangnya itu, adalah kitab Al Manadzir karya Ali Al-Hasan Ibnu Haitsam ( 965 – 1038 M ). Di dalam buku itu terdapat teori tentang mikroskop dan mesiu, kemudian buku itu disebut sebagai karya Roger Bacon.
Adapun Faktor Lain sebab runtuh nya Kekuasaan Islam Di Andalusia adalah sebagai berikut :
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau
di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam
yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani
Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang
pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi
istilah 'ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan
yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non Arab
yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu
mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri
tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi
makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi
personifikasi ideologi itu.
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat "serius", sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan menpengaruhi kondisi politik dan militer
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat "serius", sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan menpengaruhi kondisi politik dan militer
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam
masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah
mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh,
bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia kepada kemajuan yang
lebih kompleks.
Islam di Spanyol telah berhasil menyedot perhatian Negara Eropa dan Negara lainnya ketika itu dengan kemajuan yang telah mereka capai dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Masuknya Islam ke Spanyol tidak hanya merubah kehidupan masyarakat disana, tapi lebihdari itu. Kemajuan peradaban yang tercipta disana telah membangunkan bangsa Eropa dari tidur nyenyak yang diselimuti kebodohan bangun menjadi bangsa yang modern dengan kemajuan yang begitu pesat dalam bidang sains dan teknologi mengungguli kejayaan Islam sampai saat ini. Tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan Islam telah membidangi lahirnya kebangkitan kebudayaan baru di Benua Eropa sampai sampai saat ini. Tapi
pada abad ke – 10 M dunia Islam mulai menampakkan tanda-tanda
kemunduran, begitu juga peradabannya. Kemunduran itu terjadi setapak
demi setapak, sehingga pada pertengahan abad ke – 12 M, tibalah saatnya
masa keruntuhan Islam
B. Saran
Belajar
dari masa lalu merupakan sesuatu yang perlu kita lakukan. Dari uraian
di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita harus berusaha dengan
maksimal agar bisa membuat perubahan seperti kisah berdirinya Islam Di
Andalusia. Di samping itu kita sebagai umat Islam juga harus bisa
menjaga persatuan dan kesatuan agar musuh-musuh Islam tidak bisa
menghancurkan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Hassan, Ibrahim. 1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta.
Syalabi, A. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna.
Yatim, Badri. 1997. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
http://www.scribd.com/doc/56216982/1/PROSES-MASUK-DAN-BERKEMBANGNYA-ISLAM-DI-ANDALUSIA